Jumat, 28 Juni 2013 2 komentar

Negeri 5 Menara by A. Fuadi

Negeri 5 Menara by A. Fuadi

aku sudah pernah mendengar buku ini ketika masih duduk di bangku SMA, salah seorang temanku-namanya
Novi- memamerkannya padaku. saat itu aku sudah kelas tiga, aku memang berencana untuk tidak menyentuh novel dulu sebelum aku jelas-jelas lulus dan diterima di universitas, jadi saat itu aku tidak tertarik untuk membacanya karena begitu banyak hal yang lebih penting yang harus kupikirkan #pikirku saat itu.
hingga sekitar sebulan yang lalu, ketika sudah masuk liburan semester, temanku menawarkannya padaku. katanya cocok sama kisahku-aku memang sering curhat sama temanku ini.
begini katanya, "kayaknya kamu mesti baca 5 menara."
"bagus sih kata temenku dulu, tapi masih banyak buku yang antre mau kubaca, hehe," jawabku cengengesan,  kebiasaanku memang membeli banyak buku skaligus untuk liburan.

"udah bawa aja bukuku ini, pasti kau nanti dapat pencerahan dari sini"

"oya?"
begitu aja sih responku saat itu, tidak terlalu tertarik dan sedikit merendahkan, tapi karena temanku ini sudah rela meminjamkannya padaku, jadi kubawa saja buku itu. dia juga meminjamkan buku seri keduanya yang berjudul Ranah 3 Warna.

hingga ketika sampai di rumah, aku mulai penasaran lalu mulai kubaca.
dan ternyata, di lembar pertama saja mataku sudah meleleh. disitu dikisahkan Alif yang sejak dulu memimpikan sekolah di SMAN Bukittinggi, tapi tidak diperbolehkan oleh orang tuanya. ia harus memenuhi keinginan orang tuanya menuntut ilmu di pesantren, Pondok Madani.
mataku menerawang, aku teringat ketika aku rajin menabung saat masih duduk di bangku MTs (sekolah naungan depag setara dengan SMP), kataku saat itu, "untuk nanti melanjutkan sekolah ke SMA Bukan Main". memang sejak kecil aku memimpikan bisa sekolah di situ, sengaja nama aku samarkan, hehe. SMA Bukan Main memang sekolah paling prestis di kotaku. namun ketika aku berniat mendaftar, orang tuaku melarang, aku malah harus melanjutkan ke Madrasah Aliyah dan masuk di asrama sekolah

kalau dipikir-pikir, memang banyak kesamaan antara alif dan aku (pedenya)
alif bermimpi sekolah di SMAN 1 Bukittinggi, aku bermimpi sekolah di SMA Bukan Main
alif akhirnya mondok di Pondok Madani, aku akhirnya sekolah di madrasah aliyah
alif tak bisa ke ITB, aku juga
alif tak bisa jadi seperti pak Habibie,aku tak jadi bu Ainun (sejak kecil aku bermimpi sekolah ke ITB, namun orang tuaku melarang hingga aku memutuskan untuk mengikuti tes di kedokteran, namun gagal juga T.T)


tapi kemudian alif bersabar dan beruntung bisa ikut student exchange ke Kanada (ini di Ranah 3 Warna)
dan nah, ini dia aku yang belum. aku bersabar, ya aku sabar dan yakin pasti ada hikmahnya, tapi belum sampe ke student exchange ini. entah kapan ya aku bisa ke Jepang, Prancis, khayalan langitku sejak dulu.

entah kapan itu kelak akan terjadi, yang pasti novel ini memompa semangatku lagi. mimpiku yang sempat pupus karena gagal jadi seperti bu Ainun, membuatku lupa akan mimpi-mimpi masa kecilku untuk bisa ke luar negeri. ya, sejak kecil aku ingin sekali bisa belajar ke Jepang. karena aku gagal ketika mengikuti tes untuk masuk kedokteran, aku jadi patah semangat.

namun buku ini berhasil menyadarkanku, bahwa setiap jalan yang Allah berikan pasti menyim pan hiikmah dan kejutan yang tak disangka-sangka. beberapa nasihat kiai Rais dalam buku ini juga terasa sepeti menasehatiku secara langsung.
aku juga tersihir dengan kata-kata ini
man jadda wajada
man shabara zhafira
man sara ala darbi washala

dan masih banyak kata-kata lain yang menjadi inspirasiku. namun, diantara kata-kata itu, kata yang paling menyihir adalah, "jangan pernah meremehkan mimpi walau setinggi apapun, sungguh Allah Maha Mendengar"

dan aku yakin Allah pasti mendengar mimpi-mimpiku, doa-doaku. sungguh Allah Maha Mendengar.

tak lupa, terima kasih untuk temanku nina yunindar yang sudah meminjamkan bukunya, ingat, man shabara zhafira kawan :)
 
;